seseorang tak dapat membuatmu bahagia ataupun bersedih, dirimulah yang dapat membuat kebahagian atau kesedihan itu.

Kamis, 29 Desember 2011

Anggota HMJ PAI Semakin Bersemangat

Banjarmasin, Sukma- Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI IAIN Antasari Banjarmasin mempersiapkan perlengkapan Pengabdian Sosial yang akan dilaksanakan di Desa Nungki Kecamatan Cirebon, Kabupaten Batola  selama tiga hari yaitu pada tanggal 09-11 Desember 2011.
Terlihat antusias para panitia yang berjumlah kurang lebih 30 orang yang tidak hanya terdiri dari anggota HMJ PAI namun juga ada beberapa perwakilan kelas mulai dari angkatan 2009-2011 semakin besar. Hal ini dikerenakan kegiatan Pengabdian Sosial tersebut telah di ujung mata. Jumat pagi, pada jam 08.00 WITA mereka harus bersiap-siap meluncur ke daerah tujuan pengabdian.
Desa Nungki yang dihuni sebanyak 100 kepala keluarga ini merupakan daerah transmigran yang baru dibuka oleh pemerintah dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sehingga pembangun di daerah tersebut masih sangat minim. Itulah alasan dipilihnya daerah tersebut sebagai tujuan Pengabdian Sosial oleh HMJ PAI.
Kegiatan yang bertemakan Membentuk Mahasiswa Islam yang Berjiiwa Sosial Tinggi  dengan Mengabdikan Diri pada Masyarakattersebut merupakan program yang disusun atas kesepakatan dari HMJ dan Jurusan PAI. Seperti yang dikatakan oleh Ketua OC Pengabdian Sosial, M. Irwan Wahyudi. Dia mengatakan bahwa sebenarnya program yang akan dilaksanakan oleh HMJ PAI adalah seminar, namun dari Jurusan menginginkan adanya aplikasi secara nyata di lapangan yang dapat menyentuh lapisan masyarakat, tidak hanya selalu berorientasi pada teori. Oleh karena itu, diadakanlah kegiatan Pengabdian Sosial tersebut.
“Kegiatan utama dalam Pengabdian Sosial ini adalah pembinaan TPA, rumah baca, dan lomba-lomba Islami. Harapan terbesar dengan dilaksanakannya Pengabdian Sosial ini setidaknya akan membawa perubahan terhadap kondisi masyarakat di daerah tersebut. Dan bagi mahasiswa yang terlibat diharapkan dapat menumbuhkan rasa sosial yang tinggi dalam dirinya,” katanya. Kamis (8/12)
Kegiatan tersebut dapat terlaksana karena bantuan dari berbagai pihak mulai dari Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah, Dosen-dosen, DPRD,  beberapa toko buku di Banjarmasin, mahasiswa, serta masyarakat sekitar. Telah terkumpul buku-buku bacaan, sembako, dan pakaian layak pakai untuk disumbangkan bagi masyarakat di daerah tersebut. Dana yang terkumpul saat ini sebesar Rp.4.447.300”, tutur Bendahara OC, Nur Qomariyah.
“Setiap kegiatan pasti mempunyai kendala, namun jika kita hadapi bersama seperti motto HMJ PAI  ‘Bersama Kita Bisa’ pasti semunya dapat terlewati sehingga tak ada kendala berarti dalam persiapan Pengabdian Sosial ini”, ungkap ketua OC.

#salah satu berita yang kuliput...wkwkkwk

langit

aku menertawakan mereka yang menyebut langit dengan nama biru,
atau durja dan nama-nama kelabu
padahal semua telah tampak dalam khalayak ramai
telah menjadi topik yang basi
namun anehnya para picisan masih memanggilnya dengan nama biru

aku dan kunang-kunang ilalang telah sepakat,
dalam perjamuan malam tua bahwa langit tiada nama warna
yellow atau cyan bahkan magenta
percayalah, berwaktu-waktu kami merundingkannya hingga mata ini bengkak berjaga

langit memang tak disua
tapi, indra tak kuasa lampaui tapal batasnya

Rabu, 14 Desember 2011

titik

pernahkah kau melihatku mengangis???
pernahkah kau melihatku bersedih??
pernahkah kau melihatku geram?

aku sembunyi!!!
ku sembunyikan
tapi, ini aku ditertawakan
seperti lelucon renyah tanpa ampun

gendeng...
tikik...!!!

Menu Hari Ini

Tak hanya sekadar nyanyian angsa
Juga ada suguhan konsep-konsep latah
Di tembok wacana hampa

Tak ingin ku bayangkan
Benar-benar tak ingin
Ketika hidangan itu disajikan oleh angsa-angsa bermata rabun
Disantap para birokrat picisan

Maka akan tertulis, “Pinggiran (tak hanya tersisih namun benar-benar disisihkan, dipinggirkan, dan ditinggalkan)”
Pedalaman yang bernasib sama
Di samping kota

Senin, 07 November 2011

kataku

ku teramat mencintaimu
tapi ku tak pandai memilah
sering kali ku paksakan kau meminum secangkir kopi yang berbau basa basi
kaupun muntahkan balada pesakitan
andai kau dapat bicara, jemu yang kan tertuang hingga tetes terakhir mungkin
letih kah kau???

tapi ku benar-benar mencintaimu
ku mencintaimu dalam diam
itulah mauku
tahukah kau, pernahkah kau ingin tahu inginku?
dalam malam, bau langit menegurku warna sepi
debu-debu senja meludah disisiku
menertawakanku yang ingin berbagi rasa padamu
dalam diam
menangkan kau dalam diam

aku

Kau membukanya dengan kalimat basa-basi
Sedikit analogi dibarengi argumentasi
Aku bertanya-tanya
Mengapa kuvonis diriku akan satu pilihan?
Ternyata terlalu dangkal ketika diselami
Mungkin ku terlalu takut jika mendua
Bukan…bukan..bukan itu
Mungkin akan egoku
Mungkin ku rapuh menghadapi takutku

Ku terjunkan tintaku
Sebenarnya aku karangan tanpa warna
Jika tinta merah yang tertuang dan kupertahankan hingga akhir
Kemiskinan warnaku tanpa nuansa yang ada jemu
Kau berkata bahwa karanganku masih panjang
Apakah tak terlalu cepat untuk memutuskan?
Terlalu klasik di wajah kontemporer
Berlindung di bawah kemutlakan nurani
Yah… begitulah kau bilang
Meresapi karangan terdahulu

semoga surat ini tak salah alamat

kukirim surat ini melalui kidung-kidung gaib
surat ini...
kutulis bukan untuk memperlihatkan keelokkan sajak
atau kemolekan kata yang saling mengikat
atau tentang keakraban mereka
dan juga bukan tentang keagungan karangan syarat makna
surat ini...
tuk menyampaikan isyarat di persimpangan jalan
sehabis mendung siang tadi
"aku mematung tanpa gerak, kesanggupankku menyatukan kata lenyap bagai kehilangan ruhnya," rasaku